Sejarah Berdiri Kompas

Sejak awal berdiri, perjalanan Harian Kompas sebagai media informasi tidak serta merta berjalan mulus. Banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga Harian Kompas menjadi media yang terus dipercaya oleh masyarakat.

Sejak awal berdiri, perjalanan Harian Kompas sebagai media informasi tidak serta merta berjalan mulus. Banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga Harian Kompas menjadi media yang terus dipercaya oleh masyarakat.

Kami terus berinovasi demi kualitas dan setia menjalankan jurnalisme berkualitas

Sejak berdiri pada 1965, perjalanan Harian Kompas tidaklah mulus. Berangkat dari sebuah kegigihan dan cita-cita, Harian Kompas berhasil melewati masa sulit dan berkembang menjadi sebuah perusahaan yang tidak hanya memproduksi berita. Kini, Kompas telah menjelma menjadi perusahaan media yang juga memiliki unit bisnis di luar redaksional.

Kegigihan Harian Kompas untuk bertahan di tengah perubahan zaman terjadi berkali-kali. Pada era orde baru, Harian Kompas harus merasakan pengalaman dibredel 2 kali. Memasuki era internet, Harian Kompas ketangguhannya kembali diuji.

Alih-alih mengikuti zaman dengan menghadirkan berita daring secara gratis, Harian Kompas melakukan inovasi dengan menghadirkan Kompas.id. Ini menjadi sebuah ekstensa dari jurnalisme berkualitas Harian Kompas.

Gedung Kompas Gajah Mada 
Foto : Istimewa.
Pelatihan-wartawan-2-1024x627

Cerita Berdiri

  • 1965

    Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Achmad Yani mengusulkan kepada Drs Frans Seda, Ketua Partai Katolik agar partainya memiliki sebua media. Frans Seda lallu menghubungi dua rekan yang berpengalaman menangani media massa, yaitu Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama, yang dua tahun sebelumnya mendirikan majalah “Intisari” . Jakob Oetama sebelumnya redaktur mingguan “Penabur”dan PK Ojong pemimpin redaksi mingguan “Star Weekly”.

  • April 1965

    Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Achmad Yani mengusulkan kepada Drs. Frans Seda, Ketua Partai Katolik agar partainya memiliki sebuah media. Frans Seda lalu menghubungi dua rekan yang berpengalaman menangani media massa, yaitu Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama, yang dua tahun sebelumnya mendirikan majalah “Intisari”. Jakob Oetama sebelumnya adalah redaktur mingguan “Penabur” dan PK Ojong pemimpin redaksi mingguan “Star Weekly”.

  • 28 Juni 1965

    “Kompas” edisi perdana dengan 20 berita di halaman I, terbit empat halaman. Terbit sebanyak 4.828 eksemplar dengan harga langganan Rp500,00 per bulan.

  • 1966-1968

    Krisis kertas membuat “Kompas” berulang kali terbit dengan jumlah ukuran, jumlah kolom, dan halaman bervariasi pada 1966 dan 1968. Dari lebar normal 43 cm menjadi 30 cm, dengan 5-6 kolom. Pada Maret 1968 terbit hanya dengan dua halaman, dari normal empat halaman.

  • 4 Januari 1971

    Berubah untuk pertama kali. Garis batas kolom dalam satu berita tidak ada. Garis batas kolom antar berita dipertahankan.

  • 20 Januari 1978

    Jumat pukul 20.25 telepon berdering. Letkol Anas Malik, Kepala Penerangan Laksusda Jaya, memberitahukan jika Harian Kompas dibredel bersama tujuh media lainnya antara lain Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesia Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore.

  • 6 Februari 1978

    Harian Kompas terbit kembali setelah pembredelan.

     
  • 17 September 1978

    Kompas Minggu terbit dengan rubrik khas, seperti Gambar dalam Sepekan dan Fokus Peristiwa Pekan Ini.

  • 1983

    Menjadi juara umum Penghargaan Jurnalistik Adinegoro PWI Jaya 1982/1983 dengan 3 trofi, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu. Salah satu karya yang mendapatkan trofi adalah karikatur GM Sudarta.

  • 1996

    Litbang Kompas mulai melakukan jajak pendapat melalui telepon. Metode ini dipakai untuk menjaring pendapat masyarakat seputar isu politik yang kemudian dilaporkan pada rubrik Jajak Pendapat setiap Senin.

  • 1 September 1997

    Sejak 1 September 1997, melakukan cetak jarak jauh (CJJ) agar tiba di tangan pembaca lebih pagi.

  • 1998

    Mendapatkan penghargaan dari WHO atas dedikasinya melindungi masyarakat dari bahaya merokok dengan tidak memuat iklan rokok.

  • 9 Agustus 2007

    Litbang Kompas melakukan hitung cepat (Quick Count) untuk pertama kalinya pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Hasil hitung cepat Kompas hanya selisih 0,09 dari hasil akhir perhitungan suara KPU DKI Jakarta.

  • Juli 2008

    Muncul dalam format e-paper, replika digital di internet.

     
  • Juni 2009

    Menggunakan teknologi “quick response (QR) code” untuk menghadirkan konten multimedia melalui telepon seluler.

  • 28 Juni 2013

    Kompas Siang pertama kali terbit dalam bentuk e-paper.

     
  • 9 Juli 2014

    Litbang “Kompas” menyelenggarakan hitung cepat (“quick count”) dalam pemilu presiden untuk pertama kali.

  • 1 Maret 2015

    E-paper Kompas siang dialihkan ke situs print.kompas.com.

     
  • 2 Februari 2017

    Sebagai bentuk inovasi, Kompas meluncurkan website Kompas.id sebagai iterasi terbaru koran digital yang disertai ragam fitur menarik lainnya

     
  • 3 Januari 2018

    Harian Kompas tampil dengan desain baru yang dibuat oleh sejumlah desainer dan jurnalis Kompas. Wajah baru Kompas dibuat dengan mempertimbangkan aspek visual dan konten informatif yang terus bertumbuh.

     
  • 8 Maret 2018

    Dirilisnya aplikasi Kompas.id untuk smartphone yang dapat diunduh melalui Google Playstore (Android) dan App Store (iOS) sebagai wujud kegigihan Harian Kompas untuk terus berinovasi.
  • 9 Februari 2019

    Penganugerahan penghargaan jurnalistik Adinegoro oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk kategori jurnalistik foto edisi 24 September 2018 berjudul “Kampanye Damai Jadi Pendidikan Politik” karya Wisnu Widiantoro.

     
  • 17 April 2019

    Litbang Harian Kompas menyelenggarakan Quick Count dan Exit Poll selama Pemilihan Presiden dan Legislatif 2019.

     
  • 8 Mei 2019