Kelahiran menyimpan sejumlah cerita
Harian Kompas sempat dibredel hingga dua kali. Berkat kegigihan dan cita-cita, Harian Kompas berhasil melalui masa sulit dan berkembang pesat.
Perjalanan Harian Kompas
Dalam menyiapkan diri menghadapi era digital, Harian Kompas melakukan inovasi dengan merilis Kompas.id. Media digital berbayar ini merupakan ekstensa dari jurnalisme Harian Kompas.
Harian Kompas dan Kompas.id
Keduanya hadir melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Apa yang dibaca di Harian Kompas, bisa juga didapat di Kompas.id dalam format dan tampilan berbeda.
Melawan hoaks atau berita palsu
Bersama semangat “Amanat Hati Nurani Rakyat”, Harian Kompas dan Kompas.id mewujudkan jurnalisme berkedalaman lewat produk jurnalistik yang utamakan substansi dan kontribusi.
Sejak awal berdiri, perjalanan Harian Kompas sebagai media informasi tidak serta merta berjalan mulus. Banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga Harian Kompas menjadi media yang terus dipercaya oleh masyarakat.
1956
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Achmad Yani mengusulkan kepada Drs Frans Seda, Ketua Partai Katolik agar partainya memiliki sebua media. Frans Seda lallu menghubungi dua rekan yang berpengalaman menangani media massa, yaitu Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama, yang dua tahun sebelumnya mendirikan majalah “Intisari” . Jakob Oetama sebelumnya redaktur mingguan “Penabur”dan PK Ojong pemimpin redaksi mingguan “Star Weekly”.
April 1965
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Achmad Yani mengusulkan kepada Drs. Frans Seda, Ketua Partai Katolik agar partainya memiliki sebuah media. Frans Seda lalu menghubungi dua rekan yang berpengalaman menangani media massa, yaitu Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama, yang dua tahun sebelumnya mendirikan majalah “Intisari”. Jakob Oetama sebelumnya adalah redaktur mingguan “Penabur” dan PK Ojong pemimpin redaksi mingguan “Star Weekly”.
28 Juni 1965
“Kompas” edisi perdana dengan 20 berita di halaman I, terbit empat halaman. Terbit sebanyak 4.828 eksemplar dengan harga langganan Rp500,00 per bulan.
1966-1968
Krisis kertas membuat “Kompas” berulang kali terbit dengan jumlah ukuran, jumlah kolom, dan halaman bervariasi pada 1966 dan 1968. Dari lebar normal 43 cm menjadi 30 cm, dengan 5-6 kolom. Pada Maret 1968 terbit hanya dengan dua halaman, dari normal empat halaman.
4 Januari 1971
Berubah untuk pertama kali. Garis batas kolom dalam satu berita tidak ada. Garis batas kolom antar berita dipertahankan.
20 Januari 1978
Jumat pukul 20.25 telepon berdering. Letkol Anas Malik, Kepala Penerangan Laksusda Jaya, memberitahukan jika Harian Kompas dibredel bersama tujuh media lainnya antara lain Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesia Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore.
6 Februari 1978
Harian Kompas terbit kembali setelah pembredelan.
17 September 1978
Kompas Minggu terbit dengan rubrik khas, seperti Gambar dalam Sepekan dan Fokus Peristiwa Pekan Ini.
1983
Menjadi juara umum Penghargaan Jurnalistik Adinegoro PWI Jaya 1982/1983 dengan 3 trofi, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu. Salah satu karya yang mendapatkan trofi adalah karikatur GM Sudarta.
1996
Litbang Kompas mulai melakukan jajak pendapat melalui telepon. Metode ini dipakai untuk menjaring pendapat masyarakat seputar isu politik yang kemudian dilaporkan pada rubrik Jajak Pendapat setiap Senin.
1 September 1997
Sejak 1 September 1997, melakukan cetak jarak jauh (CJJ) agar tiba di tangan pembaca lebih pagi.
1998
Mendapatkan penghargaan dari WHO atas dedikasinya melindungi masyarakat dari bahaya merokok dengan tidak memuat iklan rokok.
9 Agustus 2007
Litbang Kompas melakukan hitung cepat (Quick Count) untuk pertama kalinya pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Hasil hitung cepat Kompas hanya selisih 0,09 dari hasil akhir perhitungan suara KPU DKI Jakarta.
Juli 2008
Muncul dalam format e-paper, replika digital di internet.
Juni 2009
Menggunakan teknologi “quick response (QR) code” untuk menghadirkan konten multimedia melalui telepon seluler.
28 Juni 2013
Kompas Siang pertama kali terbit dalam bentuk e-paper.
9 Juli 2014
Litbang “Kompas” menyelenggarakan hitung cepat (“quick count”) dalam pemilu presiden untuk pertama kali.
1 Maret 2015
E-paper Kompas siang dialihkan ke situs print.kompas.com.
2 Februari 2017
Sebagai bentuk inovasi, Kompas meluncurkan website Kompas.id sebagai iterasi terbaru koran digital yang disertai ragam fitur menarik lainnya
3 Januari 2018
Harian Kompas tampil dengan desain baru yang dibuat oleh sejumlah desainer dan jurnalis Kompas. Wajah baru Kompas dibuat dengan mempertimbangkan aspek visual dan konten informatif yang terus bertumbuh.
8 Maret 2018
Dirilisnya aplikasi Kompas.id untuk smartphone yang dapat diunduh melalui Google Playstore (Android) dan App Store (iOS) sebagai wujud kegigihan Harian Kompas untuk terus berinovasi.
9 Februari 2019
Penganugerahan penghargaan jurnalistik Adinegoro oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk kategori jurnalistik foto edisi 24 September 2018 berjudul “Kampanye Damai Jadi Pendidikan Politik” karya Wisnu Widiantoro.
17 April 2019
Litbang Harian Kompas menyelenggarakan Quick Count dan Exit Poll selama Pemilihan Presiden dan Legislatif 2019.
8 Mei 2019
Menerima sejumlah penghargaan dari WAN-IFRA dalam Asian Media Awards 2019. Penghargaan emas Kategori Foto Olahraga edisi 24 Agustus 2018, penghargaan perak Kategori Desain Halaman Satu edisi 11 Mei 2018, dan penghargaan perunggu Kategori Pemasaran Terbaik Media Massa.