Tetes Darah Solidaritas – Bandung
April 1, 2016“Kompas” Raih Penghargaan Pelopor Humanisme Kebangsaan
January 14, 2017Penghargaan Adam Malik (Adam Malik Award) adalah penghargaan tahunan yang diberikan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia kepada media massa yang dinilai terbaik dalam menyajikan masalah-masalah kebijakan luar negeri RI. Penghargaan tahunan ini menjadi ungkapan terima kasih Departemen Luar Negeri atas kerja sama dan kemitraan yang terjalin baik antara diplomasi dengan kalangan media massa nasional. Pemberian penghargaan ini dilakukan bersamaan dengan penyampaian pernyataan pers tahunan Menteri Luar Negeri RI yang digelar setiap awal tahun.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi Penghargaan Adam Malik dalam acara pernyataan pers tahunan di Jakarta, Selasa (9/1/2017), menyatakan Penghargaan Adam Malik diberikan bagi insan pers yang dinilai memiliki peran signifikan dalam pemb
Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Trias Kuncahyono (kiri) menerima penghargaan Adam Malik 2017 kategori media cetak dari Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (10/1). Pada kesempatan tersebut juga diselenggrakan pernyataan PersTahunan Menteri Luar Negeri RI 2017.
Kompas/Priyombodo (PRI)
10-01-2017eritaan maupun diseminasi informasi serta hasil capaian diplomasi Indonesia. Adapun penerima penghargaan itu untuk tahun ini adalah Harian Kompas (kategori media cetak), Antara.com (media online), MetroTV (televisi), Elshinta (radio), dan Tama Salim dari The Jakarta Post (jurnalis).
Merujuk pada portal www.kemlu.go.id, penghargaan tahunan ini pertama kali diberikan pada tahun 2002. Gagasannya muncul pada waktu Menteri Luar Negeri mengadakan “Foreign Policy Breakfast” untuk pertama kalinya pada tanggal 16 Januari 2002 bersama para pemimpin redaksi dan tokoh media massa nasional. Tujuan dan tema pokoknya adalah untuk membangun kemitraan antara diplomasi dan media massa, dua bidang profesi dengan karakter dasar yang bertolak belakang. Diplomasi adalah bidang profesi yang secara alamiah mengandung elemen kerahasiaan, sedangkan media massa berkewajiban untuk menyajikan informasi secara cepat, tepat dan luas kepada publik.
Dari kemitraan yang telah dibangun selama ini, di antara keduanya telah terdapat saling pengertian yang semakin lebih baik. Disadari bahwa di satu sisi, ada beberapa pelaksanaan kebijakan luar negeri yang tidak bisa disampaikan seluruhnya kepada publik, namun di sisi lain terdapat kepentingan Kementerian Luar Negeri untuk mengkomunikasikan berbagai kebijakan tersebut melalui media massa kepada publik. Dengan demikian, diharapkan tumbuhnya pengertian dan pemahaman oleh publik, serta dukungan terhadap kebijakan politik luar negeri kita.
Nama “Adam Malik” sengaja dipilih sebagai penghargaan dan kenangan atas jasa-jasa tokoh media massa nasional yang juga sekaligus tokoh diplomasi. Adam Malik sebagai wartawan profesional dan pendiri LKBN Antara, yang kemudian menjabat Menteri Luar Negeri, adalah personifikasi utuh dari kedekatan antara diplomasi dan media massa.
Dalam sejarahnya, Penghargaan Adam Malik pernah diberikan dalam dua kategori, umum dan khusus. Penghargaan umum diberikan kepada masing-masing media massa yang terpilih dari kelompok media cetak, elektronik, dan online. Dari kelompok media cetak, penghargaan diberikan dalam kategori media cetak harian dan kelompok majalah berita mingguan. Sementara kelompok media elektronik diberikan untuk kategori televisi dan radio.
Penghargaan khusus diberikan kepada media massa yang dinilai telah menyajikan editorial terbaik mengenai hubungan luar negeri dan diplomasi. Mulai tahun 2005, diadakan penghargan bagi kategori reporter yang dinilai telah menghasilkan karya jurnalistik terbaik, bukan hanya berupa berita tetapi juga ulasan mengenai hubungan luar negeri dan diplomasi. Penilaian didasarkan pada tiga tolok ukur yaitu penyajian fakta yang tepat, bangunan opini yang seimbang dan objektif, serta muatan edukasi publik.
Direktur Informasi dan Media Kemlu Siti Sofia Sudarma, yang bertindak sebagai Ketua Dewan Juri Penghargaan Adam Malik 2017 menyatakan tim dewan juri memonitor pemberitaan sepanjang tahun 2016 sebagai proses pemilihan penerima penghargaan. Hal itu dilakukan bekerja sama dengan pihak ketiga yang independen.
“Di samping jumlah konsistensi pemberitaan, yang memenuhi kriteria faktual, berimbang dan edukatif, kami juga menilai konten dari masing-masing kategori. Antara lain dari akurasi data, nara sumber, juga menjadi acuan penilaian,” kata Sofia Sudarma di Jakarta, Rabu (10/1/2017).
Dari sisi isu pemberitaan yang diangkat, kata Sofia Sudarma, terdapat penilaian atas 10 isu prioritasnya. Isu tersebut diantaranya tentang ASEAN, peristiwa penyanderaan dan upaya pembebasannya, Forum Demokrasi Bali, dan juga kerja sama-kerja sama bilateral Pemerintah RI, termasuk peran RI di forum seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sumber : Harian Kompas