Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus, Perdana Menteri Fiji JV Bainimarama, Perdana Menteri Portugal Antonio Luís Santos da Costa, Presiden Romania Klaus Iohannis, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Rwanda Paul Kagame, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Chile Sebastian Pinera, Presiden Kosta Rika Carlos Alvarado Quesada, Perdana Menteri Albania Edi Rama, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Perdana Menteri Trinidad-Tobago Keith Rowley, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Presiden Tunisia Kais Saied, Presiden Senegal Macky Sall, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg, Presiden Serbia Aleksandar Vucic, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky
Presiden Joko Widodo
Pandemi Covid-19 adalah tantangan terbesar bagi masyarakat global sejak 1940-an. Saat itu dampak buruk yang diciptakan oleh dua perang dunia telah menyatukan para pemimpin politik dunia untuk membentuk suatu sistem multilateral. Tujuan pemimpin dunia saat itu jelas, yaitu mempersatukan negara-negara, menghalau paham isolasionisme dan nasionalisme sempit, serta mencapai harapan bersama, yakni perdamaian, kemakmuran, kesehatan, dan keamanan. Harapan ini hanya bisa dicapai melalui upaya bersama dalam semangat solidaritas dan kerja sama.
Ketika semua negara berjuang mengatasi pandemi Covid-19, kita saat ini memiliki harapan yang sama, yaitu keinginan untuk membangun arsitektur kesehatan internasional yang lebih kuat untuk melindungi generasi berikutnya. Pandemi dan kedaruratan kesehatan besar lainnya tentu akan muncul kembali pada masa mendatang. Pertanyaannya bukan lagi apakah tragedi serupa akan terjadi, melainkan kapan akan terjadi lagi. Dalam hal ini, tidak ada satu pemerintahan atau organisasi multilateral pun yang dapat mengatasi ancaman tersebut secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kita harus lebih baik dalam mempersiapkan diri secara bersama-sama agar dapat memprediksi, mendeteksi, mencegah, mengkaji, dan merespons pandemi secara efektif melalui koordinasi aksi yang lebih baik.
Kita semua tidak akan aman sampai semua orang aman.
Pandemi Covid-19 menjadi suatu peringatan keras untuk kita bersama bahwa kita semua tidak akan aman sampai semua orang aman.
Oleh karena itu, kami—para pemimpin dunia yang tergabung dalam inisiatif artikel ini— berkomitmen untuk memastikan akses yang universal, serta merata atas vaksin, obat, dan alat diagnostik yang aman, manjur, dan terjangkau. Hal ini baik di masa pandemi saat ini maupun di pandemi mendatang. Imunisasi adalah sebuah kebutuhan publik global (global public good ) dan kita harus mengembangkan, memproduksi, serta memberikan vaksin secepat mungkin.
Komitmen ini pula yang mendasari pembentukan Access to Covid-19 Tools Accelerator (ACT-A) guna mendorong akses setara bagi diagnostik, obat-obatan, dan vaksin, serta dukungan terhadap sistem kesehatan untuk semua negara. Inisiatif ACT-A memang telah memberikan hasil di berbagai kegiatannya, tetapi akses setara hingga saat ini belum tercapai. Masih banyak yang bisa kita lakukan bersama untuk meningkatkan akses kesehatan secara global.
Untuk itu, kami percaya bahwa bangsa-bangsa di dunia harus bekerja bersama bagi suatu traktat internasional baru mengenai kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi.
Komitmen kolektif terbarukan ini akan menjadi tonggak penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan pandemi di tataran politik tertinggi. Komitmen tersebut akan didasarkan pada konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan menggandeng organisasi-organisasi internasional kunci terkait lain guna mendukung prinsip kesehatan bagi semua. Instrumen-instrumen kesehatan global yang sudah ada saat ini, terutama Regulasi Kesehatan Internasional (International Health Regulations ), akan menyokong traktat ini serta menjadikannya fondasi yang kuat dan teruji yang secara bersama dapat kita bangun dan perbaiki.
Tujuan utama traktat ini adalah meningkatkan pendekatan penanganan kolaboratif semua sektor pemerintahan dan masyarakat serta memperkuat kapasitas dan ketahanan nasional, kawasan, dan global terhadap pandemi berikutnya. Tujuan ini mencakup juga peningkatan kerja sama internasional yang lebih kuat untuk memperbaiki, antara lain, sistem peringatan dini kedaruratan kesehatan, pertukaran data, penelitian, serta adanya produksi dan distribusi di tingkat lokal, kawasan, dan global yang lebih baik bagi sarana perlindungan medis dan kesehatan masyarakat, seperti vaksin, obat, alat diagnosis, dan alat pelindung diri.
Melalui traktat juga didorong pengakuan terhadap pendekatan ”One Health ” yang memberikan penekanan atas keterkaitan kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan planet kita secara keseluruhan. Traktat ini juga akan mendorong adanya tanggung jawab bersama dan akuntabilitas timbal balik, keterbukaan, serta kerja sama yang lebih baik di dalam sistem internasional dengan berbagai aturan dan normanya.
Kami akan bekerja dengan sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan di seluruh dunia serta semua pemangku kepentingan.
Untuk mencapai tujuan ini, kami akan bekerja dengan sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan di seluruh dunia serta semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat madani dan sektor swasta. Kami yakin bahwa hal ini merupakan tanggung jawab bersama kami sebagai pemimpin negara dan lembaga internasional untuk memastikan bahwa dunia memetik pelajaran berharga dari pandemi Covid-19.
Pada saat Covid-19 mengeksploitasi kelemahan, ketimpangan, dan perpecahan yang ada, justru kita harus mengambil kesempatan ini dan bersatu sebagai masyarakat global untuk membangun kerja sama secara damai dan bahkan berlanjut setelah krisis ini berlalu. Upaya membangun sistem dan kapasitas kita untuk mencapai tujuan tersebut akan memerlukan waktu serta komitmen politik, keuangan, dan sosial secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
Solidaritas kita dalam memastikan bahwa dunia memiliki kesiapsiagaan yang lebih baik tidak saja dapat menjadi warisan yang akan melindungi anak-anak dan cucu-cucu kita, tetapi juga akan meminimalisasi dampak pandemi-pandemi mendatang terhadap ekonomi dan masyarakat kita.
Kesiapsiagaan pandemi membutuhkan kepemimpinan global atas satu sistem kesehatan global yang selaras dengan milenium ini. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, kita harus berpegang teguh pada prinsip solidaritas, keadilan, transparansi, inklusivitas, dan kesetaraan.
Pemuatan komunike itu adalah bentuk dukungan harian Kompas pada upaya penanggulangan Covid-19 yang diprakarsai WHO, Pemerintah Indonesia, dan pemerintah sejumlah negara di dunia.