Menjadi Kawan di Era Disinformasi
June 22, 2021Kompas.id Raih Penghargaan Dewan Pers
December 10, 2021Pada tanggal 27 September 2021, patung perintis Kompas Gramedia, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama, diresmikan di Bentara Budaya Jakarta. Kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid ini menjadi bentuk penghormatan dan wujud terima kasih atas dedikasi para perintis Kompas Gramedia. Di samping itu, patung tersebut diharapkan menjadi pengingat akan teladan dan semangat yang diwariskan kedua tokoh pers tersebut.
Patung Jakob Oetama dibuat oleh seniman Azmir Azhari selama lebih kurang empat bulan. Azmir membuat patung dengan mengacu pada sejumlah foto dan video Jakob Oetama. Kendati tidak mengenal pribadi Jakob Oetama secara langsung, Azmir mengenali karakternya antara lain melalui diskusi dengan keluarga serta kurator Bentara Budaya.
Sementara itu, patung PK Ojong telah lebih dulu diresmikan dan diletakkan di kawasan Bentara Budaya Jakarta sejak 1987. Patung tersebut dibuat oleh seniman Arsono.
Kurator Bentara Budaya GP Sindhunata mengatakan, patung Jakob Oetama kini melengkapi patung PK Ojong. Keduanya merupakan dwitunggal yang meletakkan dasar hidup Kompas Gramedia hingga berkembang seperti sekarang. Salah satu prinsip dasar yang kerap ditekankan Jakob Oetama adalah memanusiakan manusia.
Gagasan lain yang disampaikan perintis Kompas Gramedia adalah menjadikan lembaga ini sebagai Indonesia mini. Kecintaan PK Ojong dan Jakob Oetama terhadap kebudayaan memperkuat gagasan itu.
Kepedulian PK Ojong terhadap kebudayaan antara lain tampak dari karya-karya seni yang ia kumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia. Ia kerap berjalan-jalan keliling daerah ditemani GM Sudarta. Menurut dia, apresiasi dan dukungan ke seniman juga patut diwujudkan dengan membeli karya seni.
Semangat kebudayaan tersebut kemudian dilanjutkan Jakob Oetama dengan mendirikan Bentara Budaya pada 1982. Bentara Budaya pertama berdiri di Yogyakarta. Sindhunata mengatakan, sejak pertama didirikan, Bentara Budaya berorientasi pada seni pinggiran. Semangat itu masih dihayati hingga sekarang.
”Tanpa mengenal budaya, tidak mungkin kita mewujudkan Indonesia mini dalam tugas pewartaan berita-berita kita, analisis kita,” ucap Sindhunata.
”Saya harap kedua patung mengingatkan kita semua akan hal tersebut. Untuk rekan-rekan Kompas Gramedia, agar saat memandang kedua patung ini, semangatnya bangkit untuk meneruskan visi hidup bagi bangsa, negara, masyarakat, dan bagi kita sendiri,” tuturnya.
Temukan informasi selengkapnya mengenai peresmian patung perintis Kompas Gramedia di https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/09/27/patung-pendiri-kompas-gramedia-diresmikan-di-bentara-budaya-jakarta/